Minggu, 14 Januari 2018

18 Nilai dalam Pendidikan Karakter Bangsa

18 nilai-nilai dalam pendidikan karakter menurut Diknas adalah:
1. Religius
Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
Contoh : Sholat 5 waktu bagi Umat Muslim, pergi ke Gereja tiap Hari Minggu bagi Umat Kristiani.  Saling toleransi antar umat beragama, tidak mengganggu peribadatan umat agama yang lain.
2. Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
Contoh : Mandiri dalam mengerjakan suatu tugas, tidak mencontek saat ujian.
3. Toleransi
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
Contoh : Saat dalam rapat, kita tidak boleh memaksakan pendapat/kehendak sendiri, lebih baik bermusyawarah. Saat Umat Muslim merayakan Hari Raya, umat agama yang lain hendaknya menghormati, jangan membuat ribut ataupun kerusuhan.
4. Disiplin
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
Contoh : Jika di lingkungan Universitas, sebaiknya selalu datang tepat waktu dengan pakaian yang rapih. Sebagai pengendara motor hendaknya mematuhi rambu-rambu lalu lintas yang ada.
5. Kerja Keras
Perilaku yang menunjukkan suatu usaha yang sungguh-sungguh dalam mengerjakan suatu pekerjaan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. 
Contoh : Usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk merubah nasib perekonomiannya kearah yang lebih baik, dengan doa serta usaha.
6. Kreatif
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
Contoh : Membuat makanan atau minuman yang unik dan berbeda dari yang lain, misalnya Es Krim Goreng, Tahu Bulat.
7. Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
Contoh : Merapihkan kamar sendiri, mengerjakan tugas sendiri tanpa bergantung dengan orang lain, menyuci piring sehabis makan. 
8. Demokratis
Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
Contoh : Melaksanakan kewajiban terlebih dahulu, lalu baru meminta hak nya.
9. Rasa Ingin Tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
Contoh : Mencari kosa kata yang baru untuk membuat puisi, sehingga menambah estetika dari puisi tersebut.  
10. Semangat Kebangsaan
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
Contoh : Siap dipanggil oleh negara untuk mengikuti wajib militer, mengharumkan nama Bangsa dengan mengikuti perlombaan bertaraf Internasional. 
11. Cinta Tanah Air
Sikap dan perilaku yang mencerminkan rasa bangga, setia, peduli, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, budaya, ekomoni, politik, dan sebagainya, sehingga tidak mudah menerima tawaran bangsa lain yang dapat merugikan bangsa sendiri.
Contoh : Mengikuti Upacara Bendera, Mengamalkan nilai-nilai Pancasila dan UUD'45
12. Menghargai Prestasi
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
Contoh : Mengakui kekalahan, dan memberi ucapan selamat kepada yang menang. 
13. Bersahabat/Komunikatif
Sikap dan tindakan terbuka terhadap orang lain melalui komunikasi yang santun sehingga tercipta kerja sama secara kolaboratif dengan baik.
Contoh : Membangun hubungan relasi yang baik antar teman, sehingga menimbulkan pertemanan yang baik dan tidak saling membenci. 
14. Cinta Damai
Sikap dan perilaku yang mencerminkan suasana damai, aman, tenang, dan nyaman atas kehadiran dirinya dalam komunitas atau masyarakat tertentu.
Contoh : Tidak mengujarkan kebencian terhadap golongan lain. 
15. Gemar Membaca
Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
Contoh : Membaca berita-berita penting, tidak hoax, dan bisa menambah wawasan. 
16. Peduli Lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
Contoh : Tidak membuang sampah sembarangan, ikut dalam kerja bakti. 
17. Peduli Sosial
Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
Contoh : Donor darah, menggalang dana untuk korban kebakaran. 
18. Tanggung Jawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
Contoh : Sholat 5 waktu, Mematuhi rambu-rambut lalu lintas, berani mengakui kesalahan, berpuasa pada bulan Ramadhan.
Adapun karakter-karakter yang sudah terinternalisasi dalam diri saya adalah Bersahabat/Komunikatif, Cinta Damai, Rasa ingin tahu, Toleransi, Peduli Sosial, Peduli Lingkungan, Tanggung jawab, Cinta Tanah Air.

Senin, 01 Januari 2018

Tugas Akhir Desain Pembelajaran

Nama Sekolah              : SDN 02 Jatinegara Kaum
Mata Pelajaran             :  Pendidikan Kewarganegaraan
Kelas/Semester            : III / satu
Materi Pokok               : Nilai-nilai sumpah pemuda dan norma-norma yang berlaku di masyarakat.

Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah mengikuti pembelajaran pendidikan kewarganegaraan, siswa kelas 3 semester satu akan dapat menerapkan norma-norma yang berlaku di lingkungan masyarakat dengan berpedoman pada nilai-nilai sumpah pemuda.

Kompetensi Khusus :
1Siswa kelas 3 semester 1 dapat menjelaskan makna dari satu nusa, satu bangsa, dan satu bahasa.
2.Siswa kelas 3 semester 1 dapat menyebutkan contoh perilaku yang terkandung pada nilai-nilai sumpah pemuda
3. Siswa kelas 3 semester 1 dapat menerapkan nilai-nilai sumpah pemuda dalam kehidupan sehari-hari

Senin, 11 Desember 2017

Ranah Psikomotor dalam Domain Pembelajaran Taksonomi Bloom



DOMAIN PSIKOMOTOR

Ranah psikomotorik adalah ranah yang menitikberatkan kepada kemampuan fisik dan kerja otot ( Bloom 1979). Dalam pengembangannyapun mata pelajaran yang berkaitan dengan psikomotor adalah mata pelajaran yang lebih beorientasi pada gerakan dan menekankan pada reaksi–reaksi fisik dan keterampilan tangan. Keterampilan itu sendiri menunjukkan tingkat keahlian seseorang dalam suatu tugas atau sekumpulan tugas tertentu.
Ada beberapa taksonomi kemampuan psikomotorik. Diantaranya yang disusun oleh Simson tahun 1972, Anita Harrow tahun 1972 dan HR. Dave’s tahun 1975. Dari ketiga taksonomi tersebut yang paling sesuai untuk desain pembelajaran anak-anak adalah taksonomi dari HR. Dave.
            Taksonomi Dave’s terdiri dari lima kategori dari yang tingkat pemulai ke yang paling piawai seperti yang Nampak dalam piramida disamping. Penjelasan singkat dan kata kuci dari kelimta kelima kategori tersbut adalah sebagai berikut.
  1.   Peniruan (Imitation) – meniru gerakan yang dilakukan oleh orang lain. Contoh: peserta didik meniru gerakan menendang bola gurunya.
  2. Penggunaan (Manipulation) – melakukan gerakan berbeda dengan yang diajarkan. Contoh: peserta didik melakukan gerakan menendang bola dengan gaya sendiri, tidak lagi persis yang dicontohkan.
  3. Ketepatan (Precision)– melakukan gerakan yang tepa atau akurat. Contoh: peserta didik menendang bola lebih terarah dan tepat sasaran.
  4. Perangkaian (Articulation) – memberikan sentuhan seni dengan menggabungkan beberapa hal yang hasilnya sebuah harmoni. Contoh: peserta didik menendang bola indah dengan gerakan melengkung (gerakan pisang).
  5. Naturalisasi (Naturalitation) – gerakan yang berkualitas menjadi bagian dari dirinya yang ketika dilakukan terjadi secara reflek. Contoh: peserta didik nampak sudah biasa menendang bola secara terarah, akurat dan indah sepeti layaknya seorang pesepak bola bertarap professional.
Dapat disimpulkan bahwa dilihat dari tipe hasil belajar ranah psikomotoris berkenaan dengan keterampilan atau kemampuan bertindak setelah ia menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar ini sebenarnya tahap lanjutan dari hasil belajar afektif yang baru tampak dalam kecenderungan-kecenderungan untuk berperilaku.


Tabel Perbandingan Hasil Belajar Afektif dan Hasil Belajar Psikomotor
Hasil belajar afektif
Hasil belajar psikomotoris
Kemauan untuk menerima pelajaran dari guru
Segera memasuki kelas pada waktu guru datang dan duduk paling depan dengan mempersiapkan kebutuhan belajar.
Perhatian siswa terhadap apa yang dijelaskan oleh guru
Mencatat bahan pelajaran dengan baik dan sistematis.
Penghargaan siswa terhadap guru
Sopan, ramah, dan hormat  kepada guru pada saat guru menjeaskan pelajaran.
Hasrat untuk bertanya kepada guru
Mengangkat tangan dan bertanya kepada guru mengenai bahan pelajaran yang belum jelas.
Kemauan untuk mempelajari bahan pelajaran lebih lanjut.
Keperpustakaan untuk belajar lebih lanjut atau meminta informasi kepada guru tentang buku yang harus dipelajari atau segera membentuk kelompok untuk diskusi.
Kemampuan untuk menerapkan hasil pelajaran
Melakukan latihan diri dalam memecahkan masalah berdasarkan konsep bahan yang teah diperolehnya atau menggunakannya dalam praktek kehidupan
Senang terhadap guru dan mata pelajaran yang di berikannya.
Akrab dan mau bergaul, mau berkomunikasi dengan guru dan bertanya atau meminta saran bagaimana mempelajari mata pelajaran yang diajarkannya


 Kenapa kita tidak bisa melukis diri sendiri?
Jawab :  Karena saya tidak bisa menggambar. Dan saya juga belum mengenali diri sendiri secara keseluruhan. Untuk melihat diri sendiri mungkin bisa melalui cermin. Namun, hal itu tetap saja sulit untuk dilakukan karena memang untuk melukis diri sendiri butuh pengamatan yang sangat dalam.

Ranah Afektif dalam Domain Pembelajaran Taksonomi Bloom

DOMAIN AFEKTIF
Ranah afektif adalah ranah yang berhubungan dengan sikap, nilai, perasaan, emosi serta derajat penerimaan atau penolakan suatu obyek dlam kegiatan belajar mengajar. Dengan mengikuti pendapat Krathwohl, aspek-aspek yang terkandung daam ranah afektif terdiri dari minat (interest), sikap (attitude), nilai (value), apresiasi (appreciation), penyesuaian (adjustment). Masing-masing aspek tersebut muncul pada diri siswa tidak sejelas seperti dalam ranah kognitif artinya dalam ranah kognitif aspek yang satu merupakan syarat mutlak bagi aspek yang lain sedangkan dalam ranah afektif tidaklah demikian, tetapi masing-masing aspek saling tumpang tindih.
Kartwohl & Bloom (Dimyati & Mudjiono, 1994; Syambasri Munaf, 2001) membagi ranah afektif menjadi 5 kategori yaitu :
Receiving/Attending/Penerimaan
Kategori ini merupakan tingkat afektif yang terendah yang meliputi penerimaan masalah, situasi, gejala, nilai dan keyakinan secara pasif.Penerimaan adalah semacam kepekaan dalam menerima rangsanagn atau stimulasi dari luar yang datang pada diri peserta didik. Hal ini dapat dicontohkan dengan sikap peserta didik ketika mendengarkan penjelasan pendidik dengan seksama dimana mereka bersedia menerima nilai-nilai yang diajarkan kepada mereka danmereka memiliki kemauan untuk menggabungkan diri atau mengidentifikasi diri dengan nilai itu.
Pada taraf pertama ini berhubungan dengan kepekaan siswa terhadap fenomena-fenomena dan rangsangan dari luar seperti masalah, gejala, situasi, dll. Dalam proses belajar mengajar, taraf ini berhubungan dengan menimbulkan, mempertahankan dan mengarahkan perhatian siswa. Yaitu kesadaran akan fenomena, kesediaan menerima fenomena dan perhatian yang terkontrol atau terseleksi terhadap fenomena.

Kata kerja operasional yang dapat dipakai dalam kategori ini adalah : memilih, mempertanyakan, mengikuti, memberi, menganut, mematuhi, dan meminati.



Responding/Menanggapi
Kategori ini berkenaan dengan jawaban dan kesenangan menanggapi atau merealisasikan sesuatu yang sesuai dengan nilai-nilai yang dianut masyarakat. Atau dapat pula dikatakan bahwa menanggapi adalah suatu sikap yang menunjukkan adanya partisipasi aktif untuk mengikutsertakan dirinya dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya dengan salah satu cara. Hal ini dapat dicontohkan dengan menyerahkan laporan tugas tepat pada waktunya.
Pada taraf kedua ini siswa sudah memberikan respon terhadap sebuah fenomena. Respon ini tidak hanya memperhatikan sebuah fenomena tetapi siswa sudah memiliki motivasi yang cukup terhadap fenomena. Dalam kegiatan belajar mengajar terlihat adanya kemauan siswa untuk menjawan pertanyaan guru, atau kepuasan dalam menjawab (misalnya membaca buku untuk kegembiraan). Jadi dalam taraf ini bertalian dengan partisipasi siswa dalam sebuah fenomena. 


Kata kerja operasional yang dapat dipakai dalam kategori ini adalah : menjawab, membantu, mengajukan, mengompromi, menyenangi, menyambut, mendukung, menyetujui, menampilkan, melaporkan, memilih, mengatakan, memilah, dan menolak.


Valuing/Penilaian
Kategori ini berkenaan dengan memberikan nilai, penghargaan dan kepercayaan terhadap suatu gejala atau stimulus tertentu. Peserta didik tidak hanya mau menerima nilai yang diajarkan akan tetapi berkemampuan pula untuk menilai fenomena itu baik atau buruk. Hal ini dapat dicontohkan dengan bersikap jujur dalam kegiatan belajar mengajar serta bertanggungjawab terhadap segala hal selama proses pembelajaran.
Pada taraf ini, siswa sudah menghayati nilai-nilai tertentu. Hal ini terlihat pada perilaku siswa mulai dari penerimaan sebuah nilai, latar belakang atau pengalaman unutk menerima nilai dan kesepakatan terhadap nilai. Jadi pada taraf ini tingkah laku siswa sangat konsisten dan tetap sehingga dapat memiliki keyakinan tertentu.


Kata kerja operasional yang dapat dipakai dalam kategori ini adalah : mengasumsikan, meyakini, melengkapi, meyakinkan, memperjelas, memprakarsai, mengundang, menggabungkan, mengusulkan, menekankan, dan menyumbang.


Organization/Organisasi/Mengelola
Kategori ini meliputi konseptualisasi nilai-nilai menjadi sistem nilai, serta pemantapan dan prioritas nilai yang telah dimiliki. Hal ini dapat dicontohkan dengan kemampuan menimbang akibat positif dan negatif dari suatu kemajuan sains terhadap kehidupan manusia.
Tingkatan ini berhubungan dengan menyatukan nilai-nilai yang berbeda, memecahkan konflik di antara nilai-nilai itu dan mulai membentuk suatu sistem nilai yang konsisten secara internal


Kata kerja operasional yang dapat dipakai dalam kategori ini adalah : menganut, mengubah, menata, mengklasifikasikan, mengombinasi, mempertahankan, membangun, membentuk pendapat, memadukan, mengelola, menegosiasikan, dan merembuk.



Characterization/Karakteristik
Kategori ini berkenaan dengan keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Proses internalisais nilai menempati urutan tertinggi dalam hierarki nilai. Hal ini dicontohkan dengan bersedianya mengubah pendapat jika ada bukti yang tidak mendukung pendapatnya.

Pada taraf ini disebut sebagai tahap internalisasi artinya suatu sistem nilai sudah terbentuk dalam diri individu dan mengontrol tingkah lakunya dalam waktu yang lama sehingga membentuk karakteristik "pola/pandangan hidup". Dengan melihat klasifikasi ranah afektif di atas, maka tampak bahwa aspek-aspek afektif satu sama lain dapat terjadi dalam proses yang sama sehingga untuk mengetahui aspek-aspeknya, berlandaskan pada proses yang sama pula. Sebagai contoh konkret aspek penyesuaian ternyata dapat muncul pada setiap proses kecuali pada proses penerimaan (receiving).
Kata kerja operasional yang dapat dipakai dalam kategori ini adalah : mengubah perilaku, berakhlak mulia, mempengaruhi,  mendengarkan, mengkualifikasi, melayani, menunjukkan, membuktikan dan memecahkan.


Tabel  Kaitan antara kegiatan pembelajaran dengan domain tingkatan aspek Afektif

Tingkat
Contoh kegiatan pembelajaran
Penerimaan (Receiving)
Arti : Kepekaan (keinginan menerima/memperhatikan) terhadap fenomena/stimult menunjukkan perhatian terkontrol dan terseleksi
Contoh kegiatan belajar :
-sering mendengarkan musik
– senang membaca puisi
– senang mengerjakan soal matematik
– ingin menonton sesuatu
– senang menyanyikan lagu
Responsi (Responding)
Arti : menunjukkan perhatian aktif melakukan sesuatu dengan/tentang fenomena setuju, ingin, puas meresponsi (mendengar)
Contoh kegiatan belajar :
a.      mentaati aturan
b.      mengerjakan tugas
c.       mengungkapkan perasaan
d.      menanggapi pendapat
e.      meminta maaf atas kesalahan
f.        mendamaikan orang yang bertengkar
g.      menunjukkan empati
h.      menulis puisi
i.        melakukan renung
j.        melakukan introspeksi
Acuan Nilai
( Valuing)
Arti : Menunjukkan konsistensi perilaku yang mengandung nilai, termotivasi berperilaku sesuai dengan nilai-nilai yang pasti
Tingkatan : menerima, lebih menyukai, dan menunjukkan komitmen terhadap suatu nilai
Contoh Kegiatan Belajar :
·                     mengapresiasi seni
·                     menghargai peran
·                     menunjukkan perhatian
·                     menunjukkan alasan
·                     mengoleksi kaset lagu, novel, atau barang antik
·                     menunjukkan simpati kepada korban pelanggaran HAM
·                     menjelaskan alasan senang membaca novel

Organisasi
Arti : mengorganisasi nilai-nilai yang relevan ke dalam suatu sistem menentukan saling hubungan antar nilai memantapkan suatu nilai yang dominan dan diterima di mana-mana memantapkan suatu nilaimyang dominan dan diterima di mana2
Tingkatan : konseptualisasi suatu nilai, organisasi suatu sistem nilai
Contoh kegiatan belajar :
·                     rajin, tepat waktu
·                     berdisiplin diri  mandiri dalam bekerja secara independen
·                     objektif dalam memecahkan masalah
·                     mempertahankan pola hidup sehat
·                    menilai masih pada fasilitas umum dan mengajukan saran perbaikan
·                     menyarankan pemecahan masalah HAM
·                     menilai kebiasaan konsumsi
·                     mendiskusikan cara-cara menyelesaikan konflik antar- teman

  Contoh nilai-nilai afektif yang sudah terinternalisasi di dalam diri saya :


1. Kebiasaan mencuci piring sehabis makan
2. Sholat 5 waktu yang merupakan kewajiban saya.
3. Mematikan alat-alat elektronik jika tidak dipakai.
4. Berangkat ke kampus lebih awal supaya tidak telat.
5. Menghormati orang yang lebih tua.
6. Menyapa/Memberi senyum bila bertemu orang yang dikenal di jalan.