Peran Mahasiswa dalam Peningkatan Mutu Pendidikan di
Indonesia
Mahasiswa, ada kata Maha di depan kata Siswa. Menjadi
mahasiswa berarti mempunyai tanggung jawab yang lebih terhadap perannya sebagai
Agent of Change. Masyarakat selalu mengharapkan gerakan atau perubahan yang
dibawa oleh mahasiswa. Karena faktanya, aspirasi dari mahasiswa atau pemuda
bangsa, lebih didengar dan dipercaya oleh pemerintah dan masyarakat. Karena
mahasiswa merupakan seseorang yang telah tumbuh dewasa, sedang dalam masa
produktif, masih kuat secara fisik, serta memiliki pendidikan yang karena telah
menyelesaikan jenjang pendidikan formal sampai masuk ke perguruan tinggi.
Namun, sebagai mahasiswa jangan sampai melupakan
tanggung jawabnya di kampus. Belajar yang tekun dapat menambah wawasan serta
kemampuan diri mahasiswa. Sehingga diharapkan muncul pergerakan-pergerakan
mahasiswa yang intelektual, berpendidikan, namun tetap bermanfaat dan tepat
guna bagi masyarakat.
Pendidikan sangat penting dalam pembangunan suatu
negara. Baik itu pendidikan forma, nonformal, maupun informal. Namun realitanya
sekarang mutu pendidikan di Indonesia masih sangat rendah bila dibandingkan
dengan negara lain. Mungkin ada beberapa ynag sudah memiliki pendidikan yang
layak, bahkan sangat bagus. Namun dibalik itu, masih ada banyak anak-anak yang
putus sekolah disebabkan kekurangan biaya.
Pendidikan gratis di Indonesia hanya menjadi program
pemerintah belaka. Namanya saja gratis, tapi tetap masih ada anggaran yang
harus dibayar, pajak bangunan, fasilitas, dan lain sebagainya. Anggaran
pendidikan di APDN hanya 8%, terlihat minim bila dibandingkan dengan jatah
anggaran pembayaran hutang negara yang mencapai 25%. Tanpa ada dana yang cukup,
tentu sekolah tidak mau menanggung biayanya yang pasti tidak sedikit. Padahal,
di negara-negara Eropa, pendidikan murah bahkan gratis sudah terwujud.
Tidak hanya kepedulian dan perhatian dari pemerintah
yang diperlukan untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Namun
kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan pun diperlukan. Tidak sedikit
anak-anak di daerah Indonesia yang disuruh bekerja oleh orang tuanya, walaupun
masih kecil, demi memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Ini karena orang tua
tersebut belum sadar akan pentingnya pendidikan bagi kesuksesan anak mereka.
Banyak anak kecil yang sudah bekerja menjadi pengemis, pengamen, penjual koran,
dan pekerjaan apapun yang membahayakan jiwa dan fisik mereka. Seharusnya di
umur tersebut, mereka sedang menjadi pelajar untuk mempersiapkan mimpi-mimpi
mereka. Kita tidak tahu akan jadi apa mereka nanti, apakah presidan atau
seorang pemimpin yang akan menyelesaikan permasalahan di Indonesia.
Pemerintah kurang peduli, masyarakat belum sadar, maka
saatnyalah dibutuhkan peran mahasiswa sebagai penggerak serta pencetus
perubahan. Mahasiswa dapat melakukan aksi langsung untuk ‘menyentil’ pemerintah
tentang permasalahan pendidikan yang semakin besar sampai saat ini. Sudah
banyak aksi pergerakan yang dilakukan mahasiswa guna meningkatkan mutu
pendidikan di Indonesia. Seperti contohnya MAPAN. Komunits MAPAN ini merupakan
Komunitas Mahasiswa Peduli Pendidikan dari BEM Universitas Riau. Kegiatannya
yaitu mengajar anak jalanan yang belum sempat merasakan sekolah. Secara tidak
langsung, komunitas tersebut membawa pesan untuk lebih memperhatikan keadaan
pendidikan di Indonesia saat ini. Selain itu juga mengajak mahasiswa untuk melakukan
pergerakan secara langsung ke masyarakat. Bila kita lihat, masing-masing
Universitas atau Institut sudah mempunyai program pergerakan yang sama, yaitu
mengajar. Bahkan mahasiswa yang berasal dari satu daerah pun sudah melakukannya
di daerahnya masing-masing.
Setelah melihat fakta-fakta tersebut ada suatu gagasan
visi yang terlintas di pikiran. Yaitu menciptakan suatu pemimpin yang
menintegrasikan komunitas-komunitas mahasiswa yang peduli dangan pendidikan di
Indonesia. Dengan begitu, diharapkan adasatu visi bersama yang akan dicapai.
Yaitu pendidikan yang merata bagi anak-anak di seluruh Indonesia. Merata ini
bukan dalam arti memiliki kurikulum atau pengajarannya sama. Pelajaran wajibnya
tetap ada, namun cara penyampaiannya disesuaikan dengan karakter lingkungannya
masing-masing. Contohnya mengajar anak jalanan, mengajar mereka tidak bisa
dengan menyuruh mereka duduk manis untuk mendengarkan gurunya berbicara.
Kegiatan sehari-hari mereka membiasakan mereka untuk bergerak dinamis dan di
luar ruangan. Jadi bisa dilakukan dengan belajar outdoor seperti di taman, dan
juga diperbanyak permainan serta simulasinya agar mereka tidak bosan untuk
belajar. Untuk daerah -daerah pelosok, pasti ada yang kekurangan sumber daya
manusianya, karena sedikit warganya yang menjadi mahasiswa. Dengan ini kita
bisa memanfaatkan sarjana-sarjana yang sedang menganggur untuk mengajar disini.
tentunya setelah didiklat terlebih dahulu. Jadi, selain meningkatkan mutu
pendidikan, juga mengurangi jumlah pengangguran di Indonesia.
Nama : Yoga Pangestu
NIM : 1101617103
Prodi : Teknologi Pendidikan